Candra Fajri Ananda Staf Khusus Pembantu Presiden Pembantu Presiden Keuangan RI. Foto/SINDOnews
Staf Khusus Pembantu Presiden Pembantu Presiden Keuangan RI
Pembelajaran merupakan salah satu aspek fundamental Di upaya Meningkatkan Keadaan Kelompok. Melewati Pembelajaran, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan dan Kekuatan, Tetapi juga membuka Potensi Untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Pembelajaran Memperoleh peran yang sangat krusial Di berbagai aspek kehidupan, mulai Di peningkatan ekonomi, Keadaan, hingga penguatan nilai-nilai sosial dan Kearifan Lokal Dunia. Pengalaman Hidup empiris telah membuktikan bahwa bangsa-bangsa yang telah menikmati Keadaan dan kemakmuran Untuk rakyatnya adalah bangsa yang memulai pembangunannya Melewati Pembelajaran Kendati mereka tidak Memperoleh sumber daya alam yang cukup.
Berlandaskan Di sumber daya manusia yang berkualitas serta menguasai ilmu pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan, berbagai Bangsa dapat menikmati kemakmuran bangsanya seperti Di Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura. Hal tersebut Menunjukkan bahwa lambatnya Kemajuan pembangunan Di Indonesia mencerminkan masih lemahnya Standar sumber daya manusia sekaligus lemahnya sistem Pembelajaran Di Bangsa ini.
Realita Pembelajaran Indonesia
Sejatinya, pemerintah Indonesia telah Menunjukkan komitmen yang kuat Pada Pembelajaran Didalam terus Meningkatkan Dana Pembelajaran setiap tahunnya. Berdasarkan data Kemenkeu RI, alokasi Dana Pembelajaran nasional terus Merasakan kenaikan setiap tahun. Di tahun 2012, Dana Pembelajaran sebesar 297,37 triliun dan terus Merasakan peningkatan hingga Di Dana Pendapatan dan Belanja Bangsa (APBN) 2024 pemerintah Menyediakan Dana Pembelajaran sebesar Rp665,02 triliun.
Jumlah tersebut Menimbulkan Kekhawatiran 20,4% Di outlook APBN 2023 yang sebesar Rp552,1 triliun. Alokasi Dana Pembelajaran tersebut mencapai 20% Di total Dana belanja tahun 2024, sesuai Didalam amanat Undang-Undang Dasar 1945. Nilai tersebut merupakan gabungan Di Dana Pembelajaran yang disalurkan Melewati Belanja Pemerintah Pusat (BPP), Peralihan Hingga Area (TKD), dan pembiayaan Penanaman Modal.
Ironisnya, Di perjalanannya, Pembelajaran Indonesia hingga Di ini belum Merasakan perkembangan yang berarti Di waktu Hingga waktu. Artinya, meski pemerintah secara konsisten menambah alokasi dana Untuk sektor Pembelajaran, capaian yang diharapkan masih jauh Di realita Di lapangan.
Laporan Tinjauan Belanja Publik Sektor Pembelajaran (Education Public Expenditure Review) yang dilansir World Bank Menunjukkan bahwa Kendati Dana Pembelajaran Indonesia yang kini mencapai 20% Di APBN dan pembiayaan Pembelajaran yang terus Menimbulkan Kekhawatiran beberapa tahun terakhir, Tetapi belum membuahkan capaian Pembelajaran yang diharapkan.
Hasil Di berbagai survei internasional Menunjukkan bahwa output Pembelajaran Di Indonesia masih tertinggal dibandingkan Didalam Bangsa-Bangsa tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) sering kali menempatkan Indonesia Di Posisi bawah Di hal kemampuan membaca, matematika, dan sains.
Terbaru, hasil Eksperimen PISA 2022 Menunjukkan bahwa Indonesia berada Di Posisi 68 Di 81 Bangsa Didalam skor matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Hasil rata-rata Untuk ketiga mata Pelajaran Di 2022 tersebut Menunjukkan penurunan (learning loss) mencapai 12-13 Nilai dibandingkan 2018.
Secara keseluruhan, hasil PISA 2022 dapat dikategorikan termasuk yang terendah, setara Didalam hasil yang diperoleh Di 2003 Di membaca dan matematika, dan Di 2006 Di sains. Angka tersebut Menunjukkan bahwa Dari keikutsertaan kita Di PISA mulai Di 2000 sampai Didalam 2022, belum terjadi peningkatan Standar secara signifikan sebagaimana direpresentasikan Dari skor perolehan sepanjang 2000-2022.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Pembelajaran Untuk Pembangunan